Saturday, May 21, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.26-A : Ingin Menjemput Hidayah dari Alloh SWT ?
Klik immage di atas untuk memperbesar.
Ihdinas-shirotol mustaqiim, shirotol-ladziina an'amta 'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladlolliin.
Tunjukkanlah kami (kpd) jalan yang lurus (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Kau beri ni'mat atas mereka selain (jalannya) orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan (jalannya) orang-orang yang disesatkan.
Saudara-saudaraku, ayat ini merupakan bagian dari surah al-Fatikhah yang mana kedudukan dalam sholat wajib dibaca. Sangking pentingnya sampai Rosululloh SAW menjelaskan bahwa barang siapa tidak membaca Fatikhah dalam sholat maka dinilai tidak sholat atau sholatnya tidak sah.
لا صلاة لمن لم يقراء بفاتحة الكتاب
hadits sabda nabi ini dimuat dalam Sunan Nasai juz 2 no 137.
Ayat di atas merupakan permohonan kepada Alloh SWT agar hamba ditunjukkan kepada jalan hidup yang benar.
Hidayah menuju ke jalan yang benar milik Alloh sangat penting bagi tiap-tiap hamba.
Apakah tandanya seseorang mendapat hidayah Alloh ?
Sebagaimana fungsinya sebagai bashoir <alat untuk melihat> maka al-Quran dapat digunakan untuk mengidentifikasi jalan menuju keselamatan atau kesesatan, termasuk ciri-ciri hamba yang Alloh berikan hidayah/petunjuk.
Saudara dapat buktikan pada surah al-An'am (6);125 " Maka barangsiapa yang menghendaki (Alloh) bahwa menunjukkan kepadanya maka Alloh melapangkan dada(hati)nya terhadap Islam, dan barangsiapa yang Alloh menghendaki untuk menyesatkannya maka Alloh menjadikan hatinya sempit, berat seakan-akan sesungguhnya dia naik ke langit, seperti demikian Alloh menjadikan beban berat bagi orang-orang yang tidak beriman "
Jika Alloh sudah memberikan petunjuk kepada seseorang maka hatinya lapang dada terhadap aturan Islam, yang termaktub dalam kitab Quran, semua aturan, semua hukum dari yang ringan, sedang bahkan yang secara umumnya tergolong berat dia tetap ridho hatinya senang dengan penuh kesyukuran.
Sebaliknya jika seorang merasa berat terhadap aturan Alloh dalam kitabillah, kalaupun dia sanggup menetapi hanya bagian yang dia senangi, dia pilih2 sesuka hatinya, namun tidak semua hukum Alloh secara totalitas, itulah tanda-tanda orang yang Alloh sesatkan. Alloh SWT maha adil tiada menganiaya terhadap hamba. Kondisi yang demikian karena memang manusia itu tidak percaya, tidak beriman.
Seorang yang beriman dan takut terhadap ancaman Alloh senantiasa memohon petunjuk dengan penuh kekhusu'an, berharap mendapat hidayah.
Penjelasan selanjutnya,
Hidayah/petunjuk yang didambakan bagi hamba beriman adalah menuju jalan yang benar sebagaimana jalannya orang yang telah diberi ni'mat atas mereka, seperti para nabi, rosul yang mengajarkan keimanan.
Bukan jalan orang yang dimurkai seperti orang-orang Yahudi dan orang yang tersesat yaitu orang-orang Nasrani.
Setiap hari seorang muslim memohon petunjuk kepada Alloh SWT sekurang-kurang 17 X sehari, terhitung ketika melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dengan total rokaat 17. Karena setiap rokaat wajib membaca al-Fatikhah yang di dalamnya terdapat ayat " ihdinashirootol mustaqiim..."
Selanjutnya,
Saudara-saudaraku apakah semua yang memohon petunjuk menuju jalan kebenaran, semuanya pasti Alloh SWT benar2 tunjukkan sampai benar2 masuk di dalam jalan keselamatan dunia akhirat?
Tiada seorangpun yang ingin doanya diabaikan oleh Alloh SWT, bukankah Alloh maha rohman belas kasih terhadap hambanya ?.
Jawabnya tentu betul karena Alloh mempunyai 99 sifat, namun ada beberapa ketentuan yang menghalangi doanya terkabul, sangat disayangkan jika hamba tiada menyadari hal demikian.
Lalu Apa Rahasai Alloh SWT Menunjukkan Hidayah ?
Semak terus kajian berikutnya, insyaAlloh akan dibahas pada posting akan datang.
Wednesday, May 11, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.25 : Menghindari Timbangan Amalan Kosong di Akhirat
Klik immage diatas untuk memperjelas.
Qul hal nunab-biukum bil akhsyariina 'a'mala al-ladziina dhol-la sa'yuhum fidun-ya , wahum yakhsabuuna annahum yukhsinuuna shun'a. ulaa-ikal-ladziina kafaru bi aayaati rob-bihim wa liqoo-i hi, fa khabitot a'maluhum fa laa nuqiimu lahum yaumalqiyaamati wazna. Dzalika jazaauhum jahannamu bima kafaruu wattachodhu aayati wa rusuli huzuwa.
Katakanlah (Muhammad) adakah kami ceritakan padamu dengan (orang) yang paling rugi amalannya, (yaitu) orang-orang yang sesat kelakuan mereka di kehidupan dunia dan mereka menyangka (bahwa) sesungguhnya mereka (telah) memperbaiki amalan. Mereka itulah orang-orang yang kufur dengan ayat-ayat tuhan mereka dan (kufur) dengan ketemu Alloh.
Maka leburlah amal mereka maka tidak Aku tetapi bagi mereka pada hari kiyamat timbangan (amal mereka).
Demikianlah balasan mereka (adalah) jahannam sebab apa yang telah mereka kufuridan mengambil ayat-ayatKU dan utusan-utusanKu dengan main-main.
Saudara2ku mohon maaf ya untuk posting kali ini karena keterbatasan ruang pengetikan jadinya lafadz Arabic dari kata demi kata pada ayat ini kesulitan untuk meempatkannya.
Ayatnya cukup panjang. Namun demikian semoga tidak ada kesulitan buat teman2 memahami intisarinya.
Ok, ayat ini pada prinsipnya merupakan peringatan dari Alloh SWT yang ditujukan kepada umat manusia melalui utusanNYA yang tidak lain Muhammad SAW.
Pada ayat itu dijelaskan bahwa orang tersebut kelak orang yang paling rugi amalannya, karena sebenarnya amalannya di hadapan Alloh adalah amalan sesat, sayangnya mereka itu punya persangkaan, punya anggapan bahwa amalanya sudah benar.
Namanya orang sudah merasa benar ada kemungkinan tidak mengindahkan masukan atau nasihat dari pihak lain.
Orang yang sudah merasa (paling) benar amalannya lebih2 menghukumi yang lain adalah salah, maka di situ ada bibit " kibriya" sombong.
Kuncinya adalah pada kesadaran, rasa tawadhu' atau merasa rendah dan kurang, maka dari situlah kemudian ada niyat untuk belajar.
Memang betapa ruginya, betapa sengsaranya jika kelak betul2 amal yang sudah diyakini benar selama hidup di dunia ternyata salah dihadapan Alloh SWT, yang memberi aj-ron , pahala.
Kadang sesuatu yang dirasa benar menurut manusia belum tentu benar menurut Alloh SWT.
Terus bagaimana ?
Ya, supaya amalan kita dijamin benar harus sanggup mengindahkan peringatan Alloh SWT dalam al-Quran dengan mengikuti petunjuk Rosulullohi SAW dalam kitab hadits.
Sunday, May 1, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.24 : Mendapat Derajat Tinggi Setara Para Nabi
Klik immage di atas untuk memperjelas
(NB: pada posting kali ini yang biasanya lafadz Arab berwarna hijau , di sini berwarna biru, sedang terjemahnya berwarna hijau).
Man ja-ahu almaut wa huwa yatlubu 'ilma li yukhyia bihi al-Islam fa bainahi wa baina nabiyin darojatun wakhidah fiil jannah.
Barangsiapa yang datang kepadanya kematian, dan dia sedang mencari ilmu untuk menghidupkan Islam , maka di antara dia dan para nabi derajat yang satu di surga.
"Agama Islam dapat hidup karena ilmu " hidup karena ada gerakan, ada kegiatan yang menandakan bahwa ajaran yang bersumber dari kitab pedoman Islam diwujudkan dalam amala nyata.
Pedoman Islam sendiri yang secara fisik berupa muskhaf yang tidak lain benda mati belaka. Ilmu merupakan hidupnya Islam dan tiyangnya keimanan, jika ada orang hidup yang benar2 menghidup-hidupkan.
Sehingga orang yang menuntut ilmu agama hingga benar2 dapat menghidupkan ajarannya dalam bentuk nyata maka dia mempunyai derajat yang tinggi di akhirat kelak, bahkan menurut hadits di atas ditempatkan dalam derajat yang sama dengan para nabi.
Thursday, April 21, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.23 : Menjadi Manusia Bermanfaat
Klik immage di atas untuk memperjelas
Choirukum man anfa'uhum li naas
Sebaik2 kalian (adalah) orang (yg) bermanfaat bagi manusia
Matan atau konten haditsnya pendek, namun jika diuraikan bisa panjang lebar.
Umat manusia secara qodraty adalah makhluk sosial, hidupnya berkelompok yang tidak dapat hidup secara mandiri dalam arti yang sebenarnya. Kehadiran orang lain selalu dibutuhkan untuk saling melengkapi, saling tolong-menolong.
Dalam menjalani kehidupannya manusia yang diberikan anugerah Alloh SWT berupa akal dan pikiran yang normal dan sempurna tentulah menghendaki merasakan hidup yang kecukupan secara jasmani baik pangan, sandang dan papan, serta secara rohani memiliki jiwa yang tenteram, aman damai.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut manusia wajib <dalam terminologi hadits berarti suatu keharusan> untuk berusaha.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup selain dari kemampuan sendiri yang hakikatnya pemberian Alloh SWT juga, terkadang pada bidang2 tertentu menerima pertolongan dari sesama. Tergantung sifat personal atau pribadi ketika seseorang sangat memerlukan pertolongan, terkadang orang enggan untuk menyampaikan kepada orang lain.
Orang yang memahami keadaan orang lain yang sebenarnya perlu bantuan kemudian dengan tulus ikhlas memberikan bantuan yang diperlukan maka dialah orang bermanfaat.
Sehubungan untuk manjadi manusia yang "sebenarnya" maka selain upaya pemenuhan kebutuhan fisik, juga upaya pemenuhan kebutuhan rohani.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau jasmani seperti halnya pangan (makanan), kemudian papan (rumah, tempat tinggal) juga sandang (pakaian), semua itu didapatkan dari hasil kerja yang nyata. Hasil dari bekerja mendapatkan nilai uang atau barang yang kemudian dipakai untuk memenuhu kebutuhan hidup. Berapapun yang didapat jika disyukuri maka Alloh SWT akan menambah ni'matnya sebagaimana maktub dalam QS Ibrohim ayat 7 " lainsyakartum la azidannakum wa la in kafartum inna 'adzabii la syadiid" niscaya jika kalian bersyukur maka Aku (Alloh) sungguh tambah ni'mat dan niscaya jika kalian kufur/ingkar niscaya siksaKU sangat berat.
Untuk pemenuhan kebutuhan rohani, maka diperlukan "suplai" gizi atau nutrisi jiwa berupa ilmu pengetahuan agama, nasihat, kajian hikmah Quran dan Sunah (hadits).
Karena untuk belajar ilmu agama dengan memahami kandungan Quran dan Hadits tidak dapat dilakukan dengan sendiri atau istilahnya autodidaktik maka bantuan orang lain mutlak diperlukan.
Tidak ada istilah orang pandai di dalam agama, tetapi siapa yang menerima ilmu lebih dulu maka dia wajib menyampaikan.
Seorang mubaligh <istilah orang yang menyampaikan ajaran agama> mampu menyampaikan materi kajian beserta keterangannya karena sebelumnya juga menerima dari orang lain.
Gurunya yang mengajarinya juga menerima ilmu berupa arti dan keterangannya juda dari orang sebelumnya, demikianlah memang yang diajarkan oleh Rosulullohi SAW kepada para sohabat.
Jadi belajar agama memang disunahkan berguru. Urutan guru berguru itulah yang disebut isnad.
Jika seorang tergerak hatinya untuk mencari ilmu agama dengan berguru setelah paham kemudian menyampaikan kepada keluarga istri (jika dai seorang lelaki) atau kepada suami (jika dia seorang istri) meminjam istilah Sunda batur sakasur , setelah itu batur sadapur yaitu ahli family anak, org tua, mertua, tenaga yang bantu di rumah tangga, meluas lagi batur sasumur tetangga dekat yang mengambil air bersama2 (jaman dulu). Lebih luas lagi batur salembur orang2 satu kampung, begitu seterusnya.
Orang yang mau melakukan seperti itu menjadi penerang dalam kegelapan, penyejuk di tengah umat yang dahaga ilmu agama, maka dialah termasuk " anfa'uhum linnas"
Choirukum man anfa'uhum li naas
Sebaik2 kalian (adalah) orang (yg) bermanfaat bagi manusia
Matan atau konten haditsnya pendek, namun jika diuraikan bisa panjang lebar.
Umat manusia secara qodraty adalah makhluk sosial, hidupnya berkelompok yang tidak dapat hidup secara mandiri dalam arti yang sebenarnya. Kehadiran orang lain selalu dibutuhkan untuk saling melengkapi, saling tolong-menolong.
Dalam menjalani kehidupannya manusia yang diberikan anugerah Alloh SWT berupa akal dan pikiran yang normal dan sempurna tentulah menghendaki merasakan hidup yang kecukupan secara jasmani baik pangan, sandang dan papan, serta secara rohani memiliki jiwa yang tenteram, aman damai.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut manusia wajib <dalam terminologi hadits berarti suatu keharusan> untuk berusaha.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup selain dari kemampuan sendiri yang hakikatnya pemberian Alloh SWT juga, terkadang pada bidang2 tertentu menerima pertolongan dari sesama. Tergantung sifat personal atau pribadi ketika seseorang sangat memerlukan pertolongan, terkadang orang enggan untuk menyampaikan kepada orang lain.
Orang yang memahami keadaan orang lain yang sebenarnya perlu bantuan kemudian dengan tulus ikhlas memberikan bantuan yang diperlukan maka dialah orang bermanfaat.
Sehubungan untuk manjadi manusia yang "sebenarnya" maka selain upaya pemenuhan kebutuhan fisik, juga upaya pemenuhan kebutuhan rohani.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau jasmani seperti halnya pangan (makanan), kemudian papan (rumah, tempat tinggal) juga sandang (pakaian), semua itu didapatkan dari hasil kerja yang nyata. Hasil dari bekerja mendapatkan nilai uang atau barang yang kemudian dipakai untuk memenuhu kebutuhan hidup. Berapapun yang didapat jika disyukuri maka Alloh SWT akan menambah ni'matnya sebagaimana maktub dalam QS Ibrohim ayat 7 " lainsyakartum la azidannakum wa la in kafartum inna 'adzabii la syadiid" niscaya jika kalian bersyukur maka Aku (Alloh) sungguh tambah ni'mat dan niscaya jika kalian kufur/ingkar niscaya siksaKU sangat berat.
Untuk pemenuhan kebutuhan rohani, maka diperlukan "suplai" gizi atau nutrisi jiwa berupa ilmu pengetahuan agama, nasihat, kajian hikmah Quran dan Sunah (hadits).
Karena untuk belajar ilmu agama dengan memahami kandungan Quran dan Hadits tidak dapat dilakukan dengan sendiri atau istilahnya autodidaktik maka bantuan orang lain mutlak diperlukan.
Tidak ada istilah orang pandai di dalam agama, tetapi siapa yang menerima ilmu lebih dulu maka dia wajib menyampaikan.
Seorang mubaligh <istilah orang yang menyampaikan ajaran agama> mampu menyampaikan materi kajian beserta keterangannya karena sebelumnya juga menerima dari orang lain.
Gurunya yang mengajarinya juga menerima ilmu berupa arti dan keterangannya juda dari orang sebelumnya, demikianlah memang yang diajarkan oleh Rosulullohi SAW kepada para sohabat.
Jadi belajar agama memang disunahkan berguru. Urutan guru berguru itulah yang disebut isnad.
Jika seorang tergerak hatinya untuk mencari ilmu agama dengan berguru setelah paham kemudian menyampaikan kepada keluarga istri (jika dai seorang lelaki) atau kepada suami (jika dia seorang istri) meminjam istilah Sunda batur sakasur , setelah itu batur sadapur yaitu ahli family anak, org tua, mertua, tenaga yang bantu di rumah tangga, meluas lagi batur sasumur tetangga dekat yang mengambil air bersama2 (jaman dulu). Lebih luas lagi batur salembur orang2 satu kampung, begitu seterusnya.
Orang yang mau melakukan seperti itu menjadi penerang dalam kegelapan, penyejuk di tengah umat yang dahaga ilmu agama, maka dialah termasuk " anfa'uhum linnas"
Monday, April 11, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.22 : Devinisi Cerdas Menurut Rosulullahi SAW
Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan untuk apa-apa sesudah kematian, dan orang yang lemah (bodoh) adalah orang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya kemudian berharap kepada Alloh.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cerdas ialah sempurna
perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam
pikirannya.
Menurut sebuah sumber di blog http://sayogand.blogspot.co.id bahwa cerdas dalam
arti pintar adalah sebutan untuk orang yang teratur dan disiplin sehingga ia
selalu mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Orang pintar selalu melakukan
segala sesuatunya dengan baik dan mampu mencerna apapun dengan sempurna. Pintar
itu bisa dicari. Misalkan sekarang Anda tidak pintar, tetapi jika Anda disiplin
mengejar cita – cita dan mau bekerja keras saya jamin Anda mampu menjadi orang
pintar.
Boleh jadi devinisi cerdas menurut sumber lain bervareasi, namun menurut Rosulullohi SAW, simple saja,
manakala seseorang itu dapat mengoreksi diri atau introspeksi termasuk mengendalikan diri dan beramal untuk persiapan sesudah kematian, itulah orang cerdas.
Cerdas di sini bukan bawaan lahir bukan qodrati yang sulit dirubah, tapi dapat dicapai oleh semua umat manusia yang mempunyai kesadaran. Sesuai dengan fitrah dinulloh (agama Alloh) bahwa agama itu mudah, "ad-dinu yusrun".
Cerdas, bukanlah orang yg berhasil studi dengan predikat cumlaude- disamping juga dulu jaman Rosul belum ada perguruan tinggi seperti sekarang-, bukanlah mahasiswa paling muda lulus tercepat karena nilai akademis, bukan pula orang yang punya IQ tinggi dengan segudang penghargaan karena prestasi berbagai penemuan, namun orang yang sadar dan yakin 100% dengan apa yang akan terjadi setelah kematiannya kemudian sedaya upaya berusaha " isti'dadzan" persiapan beramal dilandasi rasa takut ancaman Sang Pencipta, itulah orang yang cerdas dalam pandangan Rosulullohi SAW.
Orang dengan kecerdasan pikiran sang boleh jadi hanya standar minimal saja, dia akan mengoptimalkan peluang hidupnya untuk mendekat ke jalan Alloh SWT, memohon petunjuk dan bimbingan kepadaNYA diniati untuk mendapatkan ni'mat dan rohmat yang kelak akan dirasakan sendiri di kehidupan kelak yang abadi.
Sebaliknya dalam pandangan Rosulullohi SAW orang lemah -dalam hadits di atas- bukanlah orang yang tidak mampu fisiknya mengangkat benda berat, atau lemah dari sisi finansial hidupnya sangat pas-pasan, tetapi orang yang mengikuti hawa nafsunya, tidak mengindahkan lagi norma ilahiyah, mengikuti pikirannya sendiri termasuk di dalam hal peribadatan, namun orang itu berharap-harap mendapat ampunan, diberi rohmat , berharap dapat kenikmatan di akhirat masuk surganya Alloh SWT, itulah orang yang lemah.
Boleh jadi devinisi cerdas menurut sumber lain bervareasi, namun menurut Rosulullohi SAW, simple saja,
manakala seseorang itu dapat mengoreksi diri atau introspeksi termasuk mengendalikan diri dan beramal untuk persiapan sesudah kematian, itulah orang cerdas.
Cerdas di sini bukan bawaan lahir bukan qodrati yang sulit dirubah, tapi dapat dicapai oleh semua umat manusia yang mempunyai kesadaran. Sesuai dengan fitrah dinulloh (agama Alloh) bahwa agama itu mudah, "ad-dinu yusrun".
Cerdas, bukanlah orang yg berhasil studi dengan predikat cumlaude- disamping juga dulu jaman Rosul belum ada perguruan tinggi seperti sekarang-, bukanlah mahasiswa paling muda lulus tercepat karena nilai akademis, bukan pula orang yang punya IQ tinggi dengan segudang penghargaan karena prestasi berbagai penemuan, namun orang yang sadar dan yakin 100% dengan apa yang akan terjadi setelah kematiannya kemudian sedaya upaya berusaha " isti'dadzan" persiapan beramal dilandasi rasa takut ancaman Sang Pencipta, itulah orang yang cerdas dalam pandangan Rosulullohi SAW.
Orang dengan kecerdasan pikiran sang boleh jadi hanya standar minimal saja, dia akan mengoptimalkan peluang hidupnya untuk mendekat ke jalan Alloh SWT, memohon petunjuk dan bimbingan kepadaNYA diniati untuk mendapatkan ni'mat dan rohmat yang kelak akan dirasakan sendiri di kehidupan kelak yang abadi.
Sebaliknya dalam pandangan Rosulullohi SAW orang lemah -dalam hadits di atas- bukanlah orang yang tidak mampu fisiknya mengangkat benda berat, atau lemah dari sisi finansial hidupnya sangat pas-pasan, tetapi orang yang mengikuti hawa nafsunya, tidak mengindahkan lagi norma ilahiyah, mengikuti pikirannya sendiri termasuk di dalam hal peribadatan, namun orang itu berharap-harap mendapat ampunan, diberi rohmat , berharap dapat kenikmatan di akhirat masuk surganya Alloh SWT, itulah orang yang lemah.
Friday, April 1, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.21 : Menerima Anugerah dari Alloh SWT
Klik immage di atas untuk memperjelas
Yu'til hikmata man yasya' wa man yu'tal hikmata fa qod utia khoiron katsiiro wa ma yadzakaru illa ulul albab.
Memberi (Alloh) hikmah kepada orang yang (Alloh) menghendaki, dan barangsiapa yang diberi hikmah maka sungguh diberi kebaikan yang banyak, dan tidak ingat kecuali orang yang punya akal.
Ketika mengalami musibah dalam hidupnya terkadang seorang kemudian melontarkan kalimat "ya ambil hikmahnya saja".
Pada beberapa tempat dari Quran maupun Hadits istilah " hikmah " dimaksudkan pengertian yang terkandung atau intisarinya.
Dapat dilihat atsar riwayat Abu Huroiroh yang termaktub dalam hadits Sunan Ibn Majah bagian Kitab Zuhud juz 2 no hadits 1395 berbunyi " alkalimatul hikmah dholatul mu'min khaitsuma wajadaha fa huwa ahaqqu biha" > kalimat hikmah adalah barang hilangnya org iman, dimanapun ia menjumpai maka dia lebih berhak untuk mengambilnya.
Kandungan ilmu atau pengertian yang masuk dalam keyakinan seseorang setelah mengalami suatu proses itulah "hikmah" kurang lebihnya, apakah proses itu tidak disengaja, tidak dikehendaki ataupun memang disengaja, direncanakan.
Proses yang tidak dikehendaki misalnya seseorang mengalami berbagai permasalahan atau musibah, akhirnya dia dapat menyimpulkan intisarinya, sedangkan proses yang disengaja contohnya seseorang yang mendalami kandungan Quran dan atau Hadits, maka mereka juga mendapat pengertian intisarinya.
Sama-sama mendapatkan hikmah tentunya lebih enak jika kita menerima pelajaran itu tidak Alloh SWT lewatkan di alam bebas melalui berbagai problema atau musibah yang tidak dikehendaki. Musibah adalah kehendak dan qodrat/kekuasaan Alloh SWT yang mana kita hamba sekedar menjalani.
Lebih mudah dan menyenangkan jika sengaja mencari hikmah pengertian melalui usaha yang kita rencanakan, kita siapkan hati untuk menampung ilmu yang terbentang luas dan begitu dalam melalui kajian Quran dan Hadits.
Mengapa mencari hikmah yang bersumber dari Quran dan Hadits harus direncanakan, dipersungguh ?
Baik, mari kita lihat intisari Quran Surah al-Mujadalah (58);11 " Alloh mengangkat derajatnya orang-orang iman dan orang yang diberi ilmu dari kalian, dan Alloh maha waspada "
Pada ayat tersebut ada kalimat " dan orang yang diberi ilmu".....ilustrasinya mirip dengan istilah " diberi rejeki".
Dalam realitanya adakah orang " diberi rejeki".....atau "dijadikan orang kaya", orang tersebut tidak menjalani proses? tentu saja tidak. Kalau urusan rejeki atau harta boleh jadi iya, misal seorang petani mencangkul tidak menyangka sebelumnya ternyata cangkulnya mengenai segenggaman emas harta karun, bahkan intan berlian yang harganya milyaran, mungkin ya. Tapi untuk urusan ilmu atau hikmah tidak dapat seperti itu.
Untuk memperoleh ilmu harus dengan belajar, " al-'ilmu bi ta'allumi" ilmu itu dengan belajar.
Dengan kita selalu memohon petunjuk disertai dengan mengikuti kajian Quran Hadits insyaAlloh akan diberi anugerah yang besar sekali manfaatnya. Hidayah yang dibungkus hikmah tidak saja dapat dinikmati di dunia tatapi juga dinikmati hingga hari akhirat kelak.
Monday, March 21, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.20 : Menjadi Golongan Umat Terbaik
Klik immage di atas untuk memperjelas
Khoirukum man ta'allamal-Quran wa 'allamahu
Sebaik-baik kalian (adalah) org yang belajar al-quran dan mengajarkannya.
Setiap orang yang ingin selalu meningkat maka dia akan senantiasa berusaha, diantaranya dengan mempelajari bidang yang digelutinya.
Saudara masih ingat bukan, pada postingan yang lalu bahwa untuk mencapai kesuksesan urusan dunia dan akhirat ada disiplin ilmunya masing masing-masing.
Orang yang belajar Quran diantaranya bagaimana cara membaca, bagaimana mengetahui arti yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana cara mewujudkan dalam amalan nyata, maka dialah orang yang terbaik.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Network Affiliate Publishing
Bagaimana usaha rumah makan , cave, restoran dari sisi penampungan tenaga kerja dapat lebih luas lagi. Tidak sebatas karyawan yang sudah mas...
-
Klik immage di atas untuk memperjelas qola sholallohu 'alaihi wa salam asyaddunasi khasrotan yaumal qiyamah rojulun amkanahu tolabu...
-
Klik image di atas untuk memperjelas 'An Abdillaih bin Mas'ud qola, qola Rosulullohi SAW innalloha qosama bainaku...
-
Klik gambar di atas untuk memperjelas "yarfa'illahu ladziina amanu walladziina utul 'ilma darojaatin wallohu bima ta'...