Klik tampilan di atas untuk memperjelas
.....wa innalloha la hadil-ladziina amanuu ila shirotim mustaqiim
....Dan sesungguhnya Alloh niscaya menunjukkan kepada orang2 yang beriman menuju jalan yang benar.
Petunjuk Alloh SWT atau rohmat Alloh diberikan kepada umatnya yang dikehendaki, yachtashu birohmatihi man yasya' wallohu dhul fadhlil 'adhiim QS.Ali Imron [3];74.
Dari ayat itu apakah menunjukkan Alloh SWT tidak adil, pilih kasih ?
Bahkan , kalimah <yudhil-lu man yasya'> Alloh menyesatkan kepada orang yang dikehendaki, terdapat pada 3 tempat dalam al-Qur'an,
Adakah Alloh SWT bersifat kejam ?
ok mari kita bahas satu persatu, tulisan pada posting ini sekaligus menyimpulkan dari ketiga kali posting dalil [26.A +26.B dan 26.C] yang terangkum dalam satu tema "Memahami Rahasia Menjemput Hidayah Alloh SWT"
Di awali pada postingan LPM 26.A ;
yang mana pada Surah al-Fatikhah ayat 6-7 "ihdinash-shirotol mustaqiim"
Kalimat yang dibaca ketika berdiri dalam tiap rokaat sholat tersebut merupakan doa seorang hamba memohon kepada Alloh agar ditunjukkan menuju shirotol mustaqiim=jalan yang benar/lurus. Dengan memahami setiap penggalan lafadz Arab dalam bacaan sholat melalui belajar arti kata demi kata insyaAlloh bertambahlah khusu', lisannya melafadzkan doa sekaligus dalam hati mengikuti dengan artinya.
Hidayah yang membawa seorang berada pada jalannya para Rosul dan orang2 solih, mendapat pertolongan dan diselamatkan dunia hingga akhirot, merupakan dambaan setiap umat.
Jika seseorang sudah mendapatkan signal hidayah Alloh sehingga masuk wilayah shirotol mustaqiim maka hamba tersebut merasa lapang hatinya menerima Islam apa adanya, semua ketentuan yang terdapat dala Kitab Quran dan Sunah [tuntunan rosul] dalam hadits, dia ridho menerima. Istilahnya dari hukum yang ringan, sedang sampai yang menurut umumnya dibilang berat, tetap Alloh SWT menqodarkan hamba tersebut sanggup menerima dan mengamalkan mastato'na , se maksimal kekuatannya.
Hal ini dapat diteropong melalui QS.al-An'am [6];125
Maka barangsiapa yang Alloh SWT menghendaki untuk menunjukkan / memberi hidayah, maka Alloh melapangkan dada/hatinya terhadap Islam.....al-ayah dst.
Termasuk tentu saja dalam beribadah mengikuti ketentuan yang terdapat dalam QS.an-Nisa[4];59
Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Alloh, dan kepada rosul dan yang mengurusi agama kalian, jika kalian berselisih dalam sesuatu [segala urusan melaksanakan perintah Alloh] maka kembalikanlah urusan itu kepada Alloh [kaji lagi Qurannya] dan rosulnya [buka kembali haditsnya] demikian itulah cara/tafsir yang baik.
Itu ciri di dunianya.
Sedangkan hasilnya di akhirat kelak dapat diamati QS.an-Nisa [4];69
Dan barangsiapa yang taat Alloh dan utusan maka mereka itu bersama para orang2 yang telah diberi ni'mat atas mereka [antara lain] para nabi, orang sidik, syuhaha', orang sholih dan merekalah sebaik-baiknya teman.
Jika Alloh berkenan memberi hidayah kepada sesorang, wah... itu bejo kemayangan /keberuntungan yang sangat besar. Karena hidayah tidak ada yang menjual, meski ada toko hidayah.....-] sangat mahal, tidak dapat diukur dengan nilai duniawi sebesar apapun. Karena di akhirat kelak digolongkan bersama para nabi, orang sidik, para pahlawan perang syahid, orang2 sholih, tidak perlu takut, tidak mungkin akan dimasukkan neraka, tapi akan katut/terbawa ke surga....Allohuakbar.
Kemudian pada postingan LPM 26.B ;
Dari permohonan hamba tersebut, sebenarnya Alloh SWT memberikan jawaban kepada semua umatnya yaitu tertera pada QS.al-An'am[6];153
Dan sesungguhnya ini Quran adalah jalanKU yang benar/lurus, maka ikutilah dia, dan jangan engkau ikuti beberapa jalan [lainnya] maka engkau berpcahbelah dengannya, demikian ini Alloh wasiyat kepada kaluan agar kalian bertaqwa.
Jika hamba mohon ditunjukkan kemudian Alloh SWT menjawab berupa seruan agar mengikuti Quran dan dilarang mengikuti jalan selain Quran, maka jika diikuti benar maka insyaAlloh akan berhasil mendapat hidayah hingga digolongkan oleh Alloh menjadi umat terbaik.
Lalu apakah setiap orang yang mohon hidayah lantas serta merta Alloh SWT memasukkan ke dalam golongan yang selamat ?
Wallohu a'lam = dan Alloh lebih tahu
Meski Alloh Yang Maha Tahu namun bolehlah kita hamba berusaha belajar untuk mengetehui , apa yang sudah menjadi firmanNYA yang sudah terbentang dalam kitabillah.
Apa rahasianya Alloh SWT memberikan hidayah kepada hamba yang dikehendaki saja ?
Lanjut ke posting LPM No.26.C
QS.al-Haji[22];54
Wa innalloha lahadil-ladziina amanu ila shiroti mustaqiima
Dan sesungguhnya Alloh niscaya memberi petunjuk kepada orang yang beriman.
Dan sesungguhnya Alloh niscaya memberi petunjuk kepada orang yang
beriman.
Seseorang akan berada pada
posisi atau akan dapat berhasil pada bidang tertentu yang dia anggap penting.
Keberhasilan dalam bidang tertentu dapat diraih dengan ketekunan yang merupakan
wujud dorongan jiwa yang kuat dan adanya kepercayaan.
Karena rasa percaya yang kuat
bahwa dengan dapat meraih apa yang perjuangkan akan memperoleh kepuasan,
ketentraman, kebahagiaan, maka dalam usahanya seseorang akan bersungguh-sungguh
mengerahkan kemampuan pikiran, tenaga juga biaya.
Ketika seseorang memohon agar
diberi hidayah, kemudian ditunjukkan agar mengikuti Quran, sekarang kembali
tergantung kepadanya, apakah dia percaya sungguh dengan pengertian yang
terkandung di dalamnya?
Apakah ada ketertarikan minat
untuk lebih dalam tentang Quran, sanggup dan ridho mempelajari dengan cara-cara
yang juga sudah maktub/tertulis di dalamnya?
Sebagaimana diajarkan oleh
Rosulullohi SAW dalam hal mengkaji atau mempelajari ilmu agama juga harusnya
mengikuti kaidah-kaidah yang telah dicontohkan bersama para sohabat.
Mencari ilmu juga harus pakai
ilmu <golek banyu pikulan
warih> pepatah dlm Bhs.Jawa. Mencari
air yang banyak dengan wadah besar juga perlu bekal air minum yang sedikit buat
minum di jalan [karena mencari airnya jauh].
Betapa banyak orang berniyat
belajar ilmu agama,namun juga banyak ragam cara dan model yang mereka lakukan.
Jika cara belajarnya tidak mengikuti sebagaimana yang dicontohkan nabi, maka
akan berbeda juga hasilnya.
Jika kondisi ini belum kondisi
itu belum "terinstall" dalam diri seseorang, maka rasanya sulit bagi
Alloh SWT untuk memberikan hidayah shirotol mustaqiim kepadanya.
Rasa percaya sebagai bagian
pengertian "orang-orang
yang beriman" yang akan
diberi hidayah oleh Alloh SWT, hendaknya betul-betul percaya secara totalitas,
tidak setengah2.
Alloh hanya memberi hidayah
hanya kepada orang yang percaya, jika tidak percaya sepenuhnya maka Alloh SWT
tidak akan memberinya.
Adil bukan?
Jadi lafadz di atas " yachtashu bi rohmatihi man yasya...."
Alloh mengkhususkan dengan rohmat hidayahnya kepada orang yg dikehendaki, jelas
bukan berarti Alloh SWT pilih kasih. Seorang tidak ditunjukkan karena dasarnya
dia sendiri tidak "beriman" terhadap ketentuan2 yang sudah ditetapkan
dlm kitabillah. Mereka hanya mengamalkan aturan2 yang sekiranya mudah dan
menyenangkan, namun ketika menghadapi aturan yang memerlukan perjuangan atau
keberanian, mereka menghindari.
Untuk mendapatkan hidayah Alloh
SWT sehingga sampai tempat shirotol mustaqiim perlu banyak perjuangan dan doa.
Mulai dari hal-hal yang kecil seprti cara belajar mengaji, agar betul
mengindahkan rambu-rambu yang telah digariskan dalam Kitabillah dan dicontohkan
oleh Rosulullohi SAW dalam berbagai hadits-hadits shohih.
Disertai doa mohon juga diberi
ksabaran dan ketabahan, karena jalan menuju golongan selamat sebenarnya tidak
mudah.
" Surga dipagari dengan
kebencian dan neraka dipagari dengan hawa nafsu".