Monday, April 11, 2016

Pembahasan LPM Kajian no.22 : Devinisi Cerdas Menurut Rosulullahi SAW

Klik immage di atas untuk memperjelas  

http://kitabexpo.blogspot.co.id/2015/11/prosedur-kajian-artamita.htmlOrang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan untuk apa-apa sesudah kematian, dan orang yang lemah (bodoh) adalah orang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya kemudian berharap kepada Alloh.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cerdas ialah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikirannya.
Menurut sebuah sumber di blog http://sayogand.blogspot.co.id bahwa cerdas dalam arti pintar adalah sebutan untuk orang yang teratur dan disiplin sehingga ia selalu mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Orang pintar selalu melakukan segala sesuatunya dengan baik dan mampu mencerna apapun dengan sempurna. Pintar itu bisa dicari. Misalkan sekarang Anda tidak pintar, tetapi jika Anda disiplin mengejar cita – cita dan mau bekerja keras saya jamin Anda mampu menjadi orang pintar.

Boleh jadi devinisi cerdas menurut sumber lain bervareasi, namun menurut Rosulullohi SAW, simple saja, 
manakala seseorang itu dapat mengoreksi diri atau introspeksi termasuk mengendalikan diri dan beramal untuk persiapan sesudah kematian, itulah orang cerdas. 

Cerdas di sini bukan bawaan lahir bukan qodrati yang sulit dirubah, tapi dapat dicapai oleh semua umat manusia yang mempunyai kesadaran. Sesuai dengan fitrah dinulloh (agama Alloh) bahwa agama itu mudah, "ad-dinu yusrun".

Cerdas, bukanlah orang yg berhasil studi dengan predikat cumlaude- disamping juga dulu jaman Rosul belum ada perguruan tinggi seperti sekarang-, bukanlah mahasiswa paling muda lulus tercepat karena nilai akademis, bukan pula orang yang punya IQ tinggi dengan segudang penghargaan karena prestasi berbagai penemuan, namun orang yang sadar dan yakin 100% dengan apa yang akan terjadi setelah kematiannya kemudian sedaya upaya berusaha " isti'dadzan" persiapan beramal dilandasi rasa takut ancaman Sang Pencipta, itulah orang yang cerdas dalam pandangan Rosulullohi SAW.

Orang dengan kecerdasan pikiran sang boleh jadi hanya standar minimal saja, dia akan mengoptimalkan peluang hidupnya untuk mendekat ke jalan Alloh SWT, memohon petunjuk dan bimbingan kepadaNYA diniati untuk mendapatkan ni'mat dan rohmat yang kelak akan dirasakan sendiri di kehidupan kelak yang abadi. 

Sebaliknya dalam pandangan Rosulullohi SAW orang lemah -dalam hadits di atas- bukanlah orang yang tidak mampu fisiknya mengangkat benda berat, atau lemah dari sisi finansial hidupnya sangat pas-pasan, tetapi orang yang mengikuti hawa nafsunya, tidak mengindahkan lagi norma ilahiyah, mengikuti pikirannya sendiri termasuk di dalam hal peribadatan, namun orang itu berharap-harap mendapat ampunan, diberi rohmat , berharap dapat kenikmatan di akhirat masuk surganya Alloh SWT, itulah orang yang lemah.
    

 

 

Friday, April 1, 2016

Pembahasan LPM Kajian no.21 : Menerima Anugerah dari Alloh SWT













Klik immage di atas untuk memperjelas

Yu'til hikmata man yasya' wa man yu'tal hikmata fa qod utia khoiron katsiiro wa ma yadzakaru illa ulul albab.


Memberi (Alloh) hikmah kepada orang yang (Alloh) menghendaki, dan barangsiapa yang diberi hikmah maka sungguh diberi kebaikan yang banyak, dan tidak ingat kecuali orang yang punya akal.

Ketika mengalami musibah dalam hidupnya terkadang seorang kemudian melontarkan kalimat "ya ambil hikmahnya saja".

Pada beberapa tempat dari Quran maupun Hadits istilah " hikmah " dimaksudkan pengertian yang terkandung atau intisarinya.

Dapat dilihat atsar riwayat Abu Huroiroh yang termaktub dalam hadits Sunan Ibn Majah bagian Kitab Zuhud juz 2 no hadits 1395 berbunyi " alkalimatul hikmah dholatul mu'min khaitsuma wajadaha fa huwa ahaqqu biha" > kalimat hikmah adalah barang hilangnya org iman, dimanapun ia menjumpai maka dia lebih berhak untuk mengambilnya.

Kandungan ilmu atau pengertian yang masuk dalam keyakinan seseorang setelah mengalami suatu proses itulah "hikmah" kurang lebihnya, apakah proses itu tidak disengaja, tidak dikehendaki ataupun memang disengaja, direncanakan.

Proses yang tidak dikehendaki misalnya seseorang mengalami berbagai permasalahan atau musibah, akhirnya dia dapat menyimpulkan intisarinya, sedangkan proses yang disengaja contohnya seseorang yang mendalami kandungan Quran dan atau Hadits, maka mereka juga mendapat pengertian intisarinya.

Sama-sama mendapatkan hikmah tentunya lebih enak jika kita menerima pelajaran itu tidak Alloh SWT lewatkan di alam bebas melalui berbagai problema atau musibah yang tidak dikehendaki. Musibah adalah kehendak dan qodrat/kekuasaan Alloh SWT yang mana kita hamba sekedar menjalani.


Lebih mudah dan menyenangkan jika sengaja mencari hikmah pengertian melalui usaha yang kita rencanakan, kita siapkan hati untuk menampung ilmu yang terbentang luas dan begitu dalam melalui kajian Quran dan Hadits.

Mengapa mencari hikmah yang bersumber dari Quran dan Hadits harus direncanakan, dipersungguh ?

Baik, mari kita lihat intisari Quran Surah al-Mujadalah (58);11 " Alloh mengangkat derajatnya orang-orang iman dan orang yang diberi ilmu dari kalian, dan Alloh maha waspada "

Pada ayat tersebut ada kalimat " dan orang yang diberi ilmu".....ilustrasinya mirip dengan istilah " diberi rejeki".

Dalam realitanya adakah orang " diberi rejeki".....atau "dijadikan orang kaya", orang tersebut tidak menjalani proses? tentu saja tidak. Kalau urusan rejeki atau harta boleh jadi iya, misal seorang petani mencangkul tidak menyangka sebelumnya ternyata cangkulnya mengenai segenggaman emas harta karun, bahkan intan berlian yang harganya milyaran, mungkin ya. Tapi untuk urusan ilmu atau hikmah tidak dapat seperti itu.

Untuk memperoleh ilmu harus dengan belajar, " al-'ilmu bi ta'allumi"  ilmu itu dengan belajar.

Dengan kita selalu memohon petunjuk disertai dengan mengikuti kajian Quran Hadits insyaAlloh akan diberi anugerah yang besar sekali manfaatnya. Hidayah yang dibungkus hikmah tidak saja dapat dinikmati di dunia tatapi juga dinikmati hingga hari akhirat kelak.











Monday, March 21, 2016

Pembahasan LPM Kajian no.20 : Menjadi Golongan Umat Terbaik








Klik immage di atas untuk memperjelas

Khoirukum man ta'allamal-Quran wa 'allamahu

Sebaik-baik kalian (adalah) org yang belajar al-quran dan mengajarkannya.

Setiap orang yang ingin selalu meningkat maka dia akan senantiasa berusaha, diantaranya dengan mempelajari bidang yang digelutinya.

Saudara masih ingat bukan, pada postingan yang lalu bahwa untuk mencapai kesuksesan urusan dunia dan akhirat ada disiplin ilmunya masing masing-masing.

Orang yang belajar Quran diantaranya bagaimana cara membaca, bagaimana mengetahui arti yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana cara mewujudkan dalam amalan nyata, maka dialah orang yang terbaik.



Friday, March 11, 2016

Pembahasan LPM Kajian no.19 : Ingin Melihat Neraka Jahiim, Ini Alatnya !!












klik immage di atas untuk memperjelas

Kalla law ta'lamuna 'ilma alyaqiin latarowunna al-jahiim tsumma latarowunnaha 'ainal yaqiin


Ingatlah, andai tahu kalian (dengan) ilmu yakin niscaya kalian lihat sungguh neraka jahiim kemudian niscaya kau lihat sungguh neraka jahim itu (dengan) mata yakin.


Sebagaimana judul posting kita kali ini, ingin melihat neraka jahiim ? alat apa yang dipakai ?


Relevan dengan posting dalil yang lalu , bahwa ilmu Quran dan Hadits merupakan alat teropong canggih buatan Alloh SWT.


Dengan keterbatasan manusia atas ilmu yang dimilikinya, tiada pengetahuan yang didapat selain juga dari pemberian Yang Kuasa.


Maka jika manusia ingin mengetahui ilmu banyak tiada jalan lain selain dengan cara " ta'allam" belajar.


Mengetahui kandungan arti dari al-Quran dan Hadits, niscaya akan memahami sesuatu yang boleh jadi diluar akal pikirannya.

Ketika manusia berkenan membuka mata, membuka hati dan meyakini kebenaran isi kitabillah, maka itulah anugerah yang tiada terkira.


Melalui kajian ayat Quran dan Hadits kemudian benar2 diyakini maka hakikatnya sama saja dengan melihat apa yang akan Alloh SWT peragakan di pertunjukan akhirat kelak.


Kita masih di dunia, masih hidup namun dengan ilmu keyakinan dapat melihat neraka jahiim, subhanalloh.


Jika tidak demikian, jika manusia meremehkan peringatanNYA, maka kelak benar2 akan melihat neraka jahim dengan mata kepala sendiri.


Tentu saja kita berharap cukup dengan Kitabillah kita percaya, kita tidak perlu melihat neraka dengan mata kepala sendiri, karena dengan begitu berarti kita telah benar2 masuk neraka...na'udzubillah.


Ya Alloh, qod' ...qod'   cukup ayatmu sebagai peringatan bagi hambamu ini.

InsyaAlloh hambamu ini akan terus...dan terus ....mendekatimu...terus mencari ilmu....agar menjadi org khusu'.....Allohumma aamin. 

Tuesday, March 1, 2016

Pembahasan LPM Kajian No.18 : Penenang dan Penyejuk Hati


 










Klik gambar di atas untuk memperjelas


Ya ibna Adam taf-farogh li 'ibadaty amla' sod-roka ghinan wa asyud-da faq-roka wa in lam taf'al mala'tu sod-roka sughlan wa lam asyud-da faq-roka.
Hai anak Adam  (manusia) sempatkanlah ibadah kepadaKu (maka) Aku penuhi dadamu (hatimu) dengan kaya dan Aku tutup rasa faqirmu dan jika tidak kau kerjakan (maka) Aku penuhi dadamu dengan sempit dan tidak Aku tutup kefakiranmu. Riwayat hadits Ibnu Majah juz 2 Kitabu Zuhdy no.hadits 1376

Saudara, hadits di atas dilihat dari matan/isinya termasuk hadits "qudsi" artinya suci, yaitu firman Alloh SWT yang tidak terhimpun dalam kitab Quran tetapi melalui lisan Rosulullohi SAW.

Alloh berfirman menyerukan kepada manusia agar menyempatkan ibadah kepadaNYA. Manusia yang diberikan akal dan pikiran secara normalnya mempunyai rasa dan kehendak. Di dalam hidupnya manusia mempunyai keinginan untuk diwujudkan. Jika tidak mendapatkan masukan informasi yang berupa peringatan bahwa sebagai insan kelak akan meninggal dunia kemudian diminta pertanggungjawaban, maka manusia boleh jadi hidupnya sebatas mencari pemenuhan kebutuhan biologis seperti kebutuhan makan, pakaian , dan tempat tinggal.

Jika manusia mau menyempatkan, berusaha secara sungguh-sungguh menomorsatukan urusan ibadah kepada Alloh dengan menyisihkan waktu, pikiran, konsentrasi mengalahkan urusan lainnya maka Alloh SWT akan membuat hati orang itu merasa kaya dan rasa fakir-selalu merasa kurang, akan tertutup.

Belum tentu orang yang memiliki materi yang berlimpah, kata orang Jawa " emas picis rojobrono" simpanan emas yang banyak segala keinginan terpenuhi kemudia meraka merasa tenteram, hatinya tenang, damai. Juga belum tentu orang yang kelihatannya menderita, dari apa yang dimakan tiap hari, pakaian yang dikenakan dan tempat tinggalnya terlihat berada pada garis kemiskinan kemudian dia merasa sedih, tertekan hidupnya.

Dari hadits di atas bahwa perasaan kaya atau miskin ternyata ada di dalam dada/hati.

Tiada manusia yang ingin merasakan pendertitaan, sehingga segala daya upaya dikerahkan agar mendapatkan rasa nyaman, rasa tentram damai.

Apa yang didapatkan manusia di dalam hatinya setelah mereka usaha meraihnya bukan serta-merta hasil manusia itu sendiri, rupanya Sang Pencipta sangat besar pengaruhnya.

Rasa tenang, tenteram , damai dan yang berupakan bagian kebahagiaan seseorang bukan terletak pada banyaknya jumlah materi duniawi yang dimiliki namun Alloh SWT juga yang mengendalikan.

Jika manusia makin mendekatkan diri kepadanya dengan mengutamakan urusan ibadah maka meskipun kepemilikan harta benda sangat minim bahkan tergolong org miskin, namun Alloh juga yang membuat hatinya tenang, damai, rasa syukur dll.

Namun jika hal ini tidak diindahkan, sekalipun sudah memiliki kekayaan yang berlimpah Alloh akan makin memberikan hatinya sempit, problema kehidupan datang silih berganti dan perasaan kekurangan/kefakiran semakin menjadi.

Rupanya ini rahasia ini telah dijabarkan dalam hadits di atas, alhamdulillah.

Dengan kajian meski melalui internet yang diakui keterbatasannya, namun upaya ini harapannya tergolongkan di jalan Alloh- fii sabilillah.

Aamin.      

Hadits di atas semoga sedikit memberikan refernsi.

Diperintah Bertanya

  Bismillah