Wednesday, January 12, 2011

Pentingnya Ilmu Hadits dalam Islam.

Karena ketidakjelasan akan sumber yang dipakai sebagai rujukan, maka seorang ulama selesai dari memberikan nasihat di mimbar pengajian, maka seorang peserta bertanya” Pak, tadi haditsnya bagaimana dan riwayat siapa? “.

Kasus lain, saat ada keributan kecil sehingga menimbulkan kerumunan di tepi jalan raya, maka seorang pengendara sepeda motor yang baru di tempat tersebut bertanya kepada seorang yang ada di situ “ ceritanya bagaimana mas?”

Meski kedua kejadian itu berbeda situasi, namun kedua penanya sama2 menginginkan kejelasan tentang akar masalah yang sebenarnya.

Kata “ cerita “ inilah kemudian di dalam istilah ilmu agama di kenal dengan “hadits” yang merupakan perubahan bentuk dari “hadatsa” Bahasa Arab yang artinya cerita.

Adapun makna secara konteks dalam suatu kalimat “pedoman dasar ilmu agama Islam adalah Quran dan Hadits” adalah sebagai berikut.

Al-Quran seperti yang kita lihat sekarang dikenal dengan Kitab Suci Al-Quran adalah firman Alloh SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril Alaihi Salam.

Sedangkan Hadits merupakan kumpulan cerita / reportase dari seluruh kelakuan Nabi Muhammad dalam hal memberikan suri tauladan kepada para sohabatnya berkenaan dengan tugas beliau sebagai penyampai wahyu Al-Quran yang diwujudkan dalam amaliyah pada kehidupan nyata.

Jadi kitab hadits bukanlah karangan seorang ulama pada masa lampau, namun merupakan laporan tentang perbuatan Rosululloh SAW baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dilaporkan oleh sohabat yang melihat kehidupan Nabi secara langsung kemudian laporan itu disebarluaskan secara sambung-bersambung layaknya penyerahan secara estafet .

Pada masa sekarang Kitab Hadits yang termashur dan popular karena kesohihannya antara lain yang tergolong dalam KUTUBUSITAH = Kitab yang enam.

Enam orang penghimpun Kutubusitah tersebut antara lain : Imam Bukhori, Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Nas’I, Sunan Ibnu Madjah, dan Sunan Tirmidzi. Di samping ke-enam kitab sohih tersebut masih banyak kitab hadits lain yang juga dipakai sebagai pedoman Agama Islam

Kita ambil contoh Sunan Abu Dawud yang menghimpun Kitab Sunan Abu Dawud, beliau lahir pada tahun 202 Hijriah, sedangkan Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin 12 Robiul Awwal 11 Hijriah. Dengan demikian Sunan Abu Dawud tidak sejaman dengan Rosululloh SAW.

Sunan Abu Dawud dapat menghimpun kisah kelakuan Nabi Muhammad SAW melalui perantara gurunya, gurunya juga mendapatkan ilmu hadits dari guru sebelumnya dan seterusnya.

Dalam ilmu al-hadits urutan guru berguru itulah disebut ISNAD / SANAD (sandaran).

Keberadaan isnad ini merupakan factor penting dalam penelusuran suatu hadits sebagai penentuan adakah hadits itu sohih, dho’if, ghoribun, dll.

Hadits dikatakan sohih (sohih Bhs Arab = sehat), yaitu hadits yang sehat, selamat dari cela dimana semua orang dalam rangkaian isnad , orang yang jujur, dapat dipercaya, urutan-urutannya bersambung sampai kepada Rosulullohi SAW.

Hadits yang sohih berarti apa yang kita dengar sekarang betul-betul persis seperti apa yang terjadi pada diri Rosulullohi SAW.

Istilah sohih kalau dalam bahasa ilmiah popular dikenal istilah “valid” yaitu data / apa yang dipaparkan betul-betul objektif menurut apa adanya

Kalau kita dengar hari ini (tahun 1429 H=2008 Masehi) bahwa menurut Sunan Nasa”I, “dari Abdil Jabar bin Wail dari Bapaknya berkata : aku solat di belakang Rosulullohi SAW , maka ketika memulai solat Nabi membaca takbir (Allohu Akbar) seraya mengangkat kedua tangan setinggi kedua telinganya …..dst

Nah yang terjadi pada diri Rosululloh adalah betul-betul seperti apa yang dituturkan oleh Bapanya Abdil Jabar.

Berdasar hadits tersebut sekarang kita dapat melaksanakan ibadah solat wajib, dengan cara pada permulaan solat dengan membaca takbirotul ihrom dan mengangkat kedua tangan (keterangan lain : telapak tangan membuka menghadap ke kiblat dengan jari-jari tangan rapat)

No comments:

Diperintah Bertanya

  Bismillah